“Jenius adalah 1 persen ide cemerlang dan 99 persen kerja keras”.
Thomas Alva Edison, seorang penemu terbesar di dunia, menemukan sekitar 3000 penemuan dan 1.093 di antaranya telah dipatenkan. Edison dilahirkan pada tanggal 11 Februari 1847 di Milan, Ohio, Amerika Serikat dari pasangan Samuel Ogden, seorang tukang kayu, dan Nancy Elliot, seorang guru. Keduanya merupakan keturunan Belanda. Pada usia 7 tahun, Edison kecil pindah ke kota Port Huron, Michigan, dan bersekolah di Port Huron. Namun, 3 bulan kemudian, ia dikeluarkan dari sekolah karena menurut gurunya, ia terlalu bodoh sehingga tidak mampu menerima pelajaran apa pun, ia pun sering dipanggil dengan sebutan ‘idiot’ oleh gurunya.
Sang ibu, Nancy Elliot, memutuskan untuk berhenti sebagai guru dan kemudian berkonsentrasi mengajari Edison baca-tulis dan hitung-menghitung.
“My mother was the making of me. She was so true, so sure of me; and I felt I had something to live for, someone I must not disappoint.”
Begitulah perkataan Edison kecil yang menunjukkan motivasi dalam diri Edison yang cukup kuat dalam belajar. Setelah ia bisa membaca, Edison jadi gemar membaca, ia membaca apa saja yang dapat dijumpainya. Ia membaca ensiklopedia, sejarah Inggris, kamus IPA karangan Ure, Principia karangan Newton, dan juga Ilmu Kimia karangan Richard G. Parker. Kegemarannya yang menonjol adalah membaca, berpikir ,dan bereksperimen.
Pada umur 12 tahun, Edison menjadi penjual koran, permen, kacang, dan kue di kereta api, sama seperti penjual asongan yang sering kita temui di kereta api kelas ekonomi di Indonesia. Keuntungan dari berdagang itu, sebagiannya ia berikan kepada orang tuanya dan sebagiannya ia simpan sebagai modal. Di dalam kereta api, ia menerbitkan koran ‘Weekly Herald’ sembari mengadakan eksperimen di salah satu gerbong kereta api, setelah sebelumnya meminta izin perusahaan kereta api “Grand Trunk Railway”.
Pada suatu malam, Edison, secara tidak sengaja, menumpahkan sebuah cairan kimia sehingga menyebabkan sebuah gerbong hampir terbakar. Karena kasus ini, Edison ditampar kondektur hingga pendengarannya rusak, kemudian ia dilarang bekerja di kereta api. Namun, Edison tidak menganggap pendengarannya yang rusak itu sebagai sebuah cacat, namun justru ia menganggapnya secara positif sebagai sebuah keuntungan sehingga ia memiliki lebih banyak waktu untuk berpikir daripada mendengarkan omongan-omongan kosong.
Pada usia 15 tahun, Edison remaja menyelamatkan anak kepala stasiun yang hampir tergilas gerbong kereta api. Karena merasa berutang jasa, kepala stasiun tersebut akhirnya mengajarkan cara pengiriman telegram, dan Edison hanya memerlukan waktu 3 bulan untuk menguasai pelajaran gratis tersebut. Sesudah itu, ia mendapat pekerjaan sebagai operator telegraf.
Penemuan pertama yang ia patenkan adalah ‘electric vote recorder’, namun karena tidak laku, Edison akhirnya beralih ke penemuan yang lebih komersial. Edison kemudian menemukan ‘stock ticker’ atau mesin telegraf. Peralatan itu dijualnya dan laku 40.000 dolar Amerika (sekitar 390 juta rupiah). Edison hampir-hampir pingsan melihat uang sebanyak itu. Uang ini dipakai Edison untuk mendirikan pabrik di Newark dan ia merekrut 300 orang pekerja sekaligus, dan di sini ia mengembangkan telegraf sehingga mampu mengirimkan 4 berita sekaligus.
Pada umur 29 tahun, Edison mendirikan laboratorium riset untuk industri di Menlo Park, New Jersey. Dan dalam 13 bulan, ia menemukan 400 macam penemuan yang kemudian mengubah pola hidup sebagian besar orang di dunia.
Tahun 1877, ia berkonsentrasi pada lampu pijar. Edison sadar bahwa betapa pentingnya sumber cahaya ini bagi manusia. Ia menghabiskan 40.000 dolar Amerika dalam kurun waktu dua tahun untuk eksperimen lampu pijar. Yang menjadi masalah adalah menemukan bahan yang bisa berpijar ketika dialiri arus listrik, namun tidak terbakar. Total ada sekitar 6000 bahan yang dicobanya. Melalui usaha keras Edison, akhirnya pada tanggal 21 Oktober 1879, lahirlah lampu pijar listrik pertama yang mampu menyala selama 40 jam. Tahun 1882, untuk pertama kalinya dalam sejarah, lampu-lampu listrik dipasang di jalan-jalan dan di rumah-rumah
Sungguh patut direnungkan, di mana ketika keberhasilan telah dicapainya, ia sempat ditanya, “Apa kunci kesuksesan Anda?”
Thomas Alva Edison menjawab, “Saya sukses karena saya telah kehabisan apa yang disebut dengan kegagalan.”
Ketika ia telah banyak sekali mengalami kegagalan yang berulang-ulang, bahkan saat ia ditanya, apakah ia tidak bosan dengan kegagalannya, Thomas Alva Edison menjawab, “Dengan kegagalan tersebut, saya malah mengetahui ribuan cara agar lampu tidak menyala.”
This amazing! Edison memandang sebuah kegagalan sebagai sebuah hal yang sangat positif. Kegagalan bukan kekalahan, tapi sebagai sebuah keuntungan. Cara memandang yang positif ini membuat Edison mampu meyakinkan orang lain untuk tetap mendanai proyeknya meskipun gagal berulangkali. Mungkin prinsip Edison inilah yang patut kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahwa sebenarnya kita tidak pernah mengalami kerugian, dan sesungguhnya kerugian itu bermula dari sikap dan cara pandang kita sendiri yang negatif.
Edison telah banyak menghasilkan berbagai penemuan yang sangat berharga bagi perkembangan umat manusia. Telegraf cetak, pulpen elektrik, proses penambangan magnetik, torpedo listrik, karet sintetis, baterai alkaline, pengaduk semen, mikrofon, transmiter telepon karbon, dan proyektor gambar bergerak adalah beberapa dari penemuan Edison.
Melewati tahun 1920-an, kondisi kesehatannya kian memburuk dan Edison meninggal dunia pada tanggal 18 Oktober 1931 pada usia 84 tahun.
Thomas Alva Edison, seorang penemu terbesar di dunia, menemukan sekitar 3000 penemuan dan 1.093 di antaranya telah dipatenkan. Edison dilahirkan pada tanggal 11 Februari 1847 di Milan, Ohio, Amerika Serikat dari pasangan Samuel Ogden, seorang tukang kayu, dan Nancy Elliot, seorang guru. Keduanya merupakan keturunan Belanda. Pada usia 7 tahun, Edison kecil pindah ke kota Port Huron, Michigan, dan bersekolah di Port Huron. Namun, 3 bulan kemudian, ia dikeluarkan dari sekolah karena menurut gurunya, ia terlalu bodoh sehingga tidak mampu menerima pelajaran apa pun, ia pun sering dipanggil dengan sebutan ‘idiot’ oleh gurunya.
Sang ibu, Nancy Elliot, memutuskan untuk berhenti sebagai guru dan kemudian berkonsentrasi mengajari Edison baca-tulis dan hitung-menghitung.
“My mother was the making of me. She was so true, so sure of me; and I felt I had something to live for, someone I must not disappoint.”
Begitulah perkataan Edison kecil yang menunjukkan motivasi dalam diri Edison yang cukup kuat dalam belajar. Setelah ia bisa membaca, Edison jadi gemar membaca, ia membaca apa saja yang dapat dijumpainya. Ia membaca ensiklopedia, sejarah Inggris, kamus IPA karangan Ure, Principia karangan Newton, dan juga Ilmu Kimia karangan Richard G. Parker. Kegemarannya yang menonjol adalah membaca, berpikir ,dan bereksperimen.
Pada umur 12 tahun, Edison menjadi penjual koran, permen, kacang, dan kue di kereta api, sama seperti penjual asongan yang sering kita temui di kereta api kelas ekonomi di Indonesia. Keuntungan dari berdagang itu, sebagiannya ia berikan kepada orang tuanya dan sebagiannya ia simpan sebagai modal. Di dalam kereta api, ia menerbitkan koran ‘Weekly Herald’ sembari mengadakan eksperimen di salah satu gerbong kereta api, setelah sebelumnya meminta izin perusahaan kereta api “Grand Trunk Railway”.
Pada suatu malam, Edison, secara tidak sengaja, menumpahkan sebuah cairan kimia sehingga menyebabkan sebuah gerbong hampir terbakar. Karena kasus ini, Edison ditampar kondektur hingga pendengarannya rusak, kemudian ia dilarang bekerja di kereta api. Namun, Edison tidak menganggap pendengarannya yang rusak itu sebagai sebuah cacat, namun justru ia menganggapnya secara positif sebagai sebuah keuntungan sehingga ia memiliki lebih banyak waktu untuk berpikir daripada mendengarkan omongan-omongan kosong.
Pada usia 15 tahun, Edison remaja menyelamatkan anak kepala stasiun yang hampir tergilas gerbong kereta api. Karena merasa berutang jasa, kepala stasiun tersebut akhirnya mengajarkan cara pengiriman telegram, dan Edison hanya memerlukan waktu 3 bulan untuk menguasai pelajaran gratis tersebut. Sesudah itu, ia mendapat pekerjaan sebagai operator telegraf.
Penemuan pertama yang ia patenkan adalah ‘electric vote recorder’, namun karena tidak laku, Edison akhirnya beralih ke penemuan yang lebih komersial. Edison kemudian menemukan ‘stock ticker’ atau mesin telegraf. Peralatan itu dijualnya dan laku 40.000 dolar Amerika (sekitar 390 juta rupiah). Edison hampir-hampir pingsan melihat uang sebanyak itu. Uang ini dipakai Edison untuk mendirikan pabrik di Newark dan ia merekrut 300 orang pekerja sekaligus, dan di sini ia mengembangkan telegraf sehingga mampu mengirimkan 4 berita sekaligus.
Pada umur 29 tahun, Edison mendirikan laboratorium riset untuk industri di Menlo Park, New Jersey. Dan dalam 13 bulan, ia menemukan 400 macam penemuan yang kemudian mengubah pola hidup sebagian besar orang di dunia.
Tahun 1877, ia berkonsentrasi pada lampu pijar. Edison sadar bahwa betapa pentingnya sumber cahaya ini bagi manusia. Ia menghabiskan 40.000 dolar Amerika dalam kurun waktu dua tahun untuk eksperimen lampu pijar. Yang menjadi masalah adalah menemukan bahan yang bisa berpijar ketika dialiri arus listrik, namun tidak terbakar. Total ada sekitar 6000 bahan yang dicobanya. Melalui usaha keras Edison, akhirnya pada tanggal 21 Oktober 1879, lahirlah lampu pijar listrik pertama yang mampu menyala selama 40 jam. Tahun 1882, untuk pertama kalinya dalam sejarah, lampu-lampu listrik dipasang di jalan-jalan dan di rumah-rumah
Sungguh patut direnungkan, di mana ketika keberhasilan telah dicapainya, ia sempat ditanya, “Apa kunci kesuksesan Anda?”
Thomas Alva Edison menjawab, “Saya sukses karena saya telah kehabisan apa yang disebut dengan kegagalan.”
Ketika ia telah banyak sekali mengalami kegagalan yang berulang-ulang, bahkan saat ia ditanya, apakah ia tidak bosan dengan kegagalannya, Thomas Alva Edison menjawab, “Dengan kegagalan tersebut, saya malah mengetahui ribuan cara agar lampu tidak menyala.”
This amazing! Edison memandang sebuah kegagalan sebagai sebuah hal yang sangat positif. Kegagalan bukan kekalahan, tapi sebagai sebuah keuntungan. Cara memandang yang positif ini membuat Edison mampu meyakinkan orang lain untuk tetap mendanai proyeknya meskipun gagal berulangkali. Mungkin prinsip Edison inilah yang patut kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahwa sebenarnya kita tidak pernah mengalami kerugian, dan sesungguhnya kerugian itu bermula dari sikap dan cara pandang kita sendiri yang negatif.
Edison telah banyak menghasilkan berbagai penemuan yang sangat berharga bagi perkembangan umat manusia. Telegraf cetak, pulpen elektrik, proses penambangan magnetik, torpedo listrik, karet sintetis, baterai alkaline, pengaduk semen, mikrofon, transmiter telepon karbon, dan proyektor gambar bergerak adalah beberapa dari penemuan Edison.
Melewati tahun 1920-an, kondisi kesehatannya kian memburuk dan Edison meninggal dunia pada tanggal 18 Oktober 1931 pada usia 84 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung.